Kamis, 10 Februari 2011

Dituntun ke Toilet di masjid Nabawi

Kejadian ini ketika musim haji 1429 H atau Nopember 2008, Sore itu rombongan kami baru sampai di Madinah setelah melalui proses yang cukup melelahkan memindahkan barang-barang dari bus yang kami tumpangi dari Bandara King Abdul Aziz menuju maktab kami di hotel At Tir yang berjarak lebih kurang 1 km dari masjid Nabawi, secara serentak dan berbondong-bondong rombongan kami dengan berjalan kaki tanpa dipandu oleh ketua rombongan yang sedang sakit menuju masjid Nabawi untuk memulai menjalankan Sholat Arbain, Sholat berjamaah selama 40 waktu yang tidak terputus. Saat itu kami berjalan hanya mengandalkan sepotong informasi bahwa menara masjid kelihatan dari depan hotel dan berjalan mengikuti rombongan lain yang sudah kelihatan dan berjalan didepan rombongan kami.
Karena ketidaktahuan serta jarak yang cukup lumayan jauh ditempuh dengan berjalan kaki, akhirnya kami sampai di halaman masjid Nabawi sudah hampir masuk waktu solat Maghrib, dengan tergesa-gesa kami melakukan sholat Ashar di tempat-tempat yang masih kosong dan setelah itu kami menungu waktu sholat Maghrib yang ternyata tidak lama kemudian sudah terdengan Adzan.
Ba'da sholat Maghrib kami diajak untuk melakukan ziarah kemakam Rasulullah Muhammad SAW namun hanya dari luar Masjid jadi kami hanya ditunjukkan saja bahwa dibawah Kubah masjid berwarna Hijau terdapat makam Rasullah Muhammad SAW bersama dua sahabat nabi dan masih ada satu makam yang yang sampai saat ini kosong dimana makam tersebut adalah "Kelak" menjadi makam nabi Isa as yang akan turun kembali kedunia untuk memperbaiki kondisi ummat sebelum akhirnya terompet Sangsakala dibunyikan serta Matahari terbit dari Barat dan Kiamat Kubro terjadi.
Mendengarkan penjelasan dan melihat kubah berwarna hijau tersebut tanpa terasa mengalir air mata saya, "Alhamdulillah ya Allah, KAU ijinkan aku beserta istriku berkunjung dan berziarah kemakam Rasulullah SAW" segera saya melakukan sujud syukur....
Mengingat waktu sholat Isya' sudah akan masuk sebentar lagi, rombongan kami berbondong-bondong menuju salah satu pintu masjid Nabawi.
Saat itu saya berjalan paling belakang dan sudah tertinggal oleh rombongan, satu kekwatiran saya sebelum berangkat ketanah suci menunaikan ibadah haji adalah terkadang saya tidak dapat mengendalikan sakit perut yang tiba-tiba datang sehingga jika tiba-tiba saya sakit perut harus segera ke tolilet untuk buang air, jika tidak akan terulang kembali kejadian yang cukup membuat saya malu, padahal menurut cerita serta pengalaman orang yang sudah pernah berhaji untuk ketoilet perlu ngantri yang cukup panjang.

Nach, saat itu tiba-tiba saja saya sakit perut, dengan berjalan secara tergesa-gesa sambil tengok sana-sini  mencari dimana letak toilet pria berada saya menahan rasa sakit dan kekhawatiran, "Ya Allah, tunjukkan aku dimana letak toilet berada, jangan sampai aku 'ngebrok' lagi disini" saya berdo'a dengan ngedumel.
Secara selintas saya melihat ada bangunan kotak yang cukup permanen dengan tulisan nomor 10 cukup besar terlihat dan banyak orang yang turun kebawah serta ada yang baru saja naik dari bawah, tadi ketika saya bersama rombongan melintasi areal tersebut sedikit dijelaskan jika dibawah terdapat areal parkir dan terminal bis untuk jurusan-jurusan tertentu. Sambil terus bejalan agak cepat dan tengok sana-sini dari kejauhan saya melihat ada jama'ah dari negara lain sepertinya India mengarah ke arah saya.
Dan, begitu tepat berada di hadapan saya tiba-tiba saja tangan kanan saya diraihnya, saya digandeng mengikuti dia berjalan, saat itu saya berjalan seperti anak kecil yang di gandeng oleh kakak atau orang tuanya dimana yang nggandeng di berjalan depan sementara yang digandeng berjalan meleng agak dibelakangnya.
Ternyata saya diajak untuk berjalan mengikuti dia mengarah ke gedung dengan nomor 10 tersebut kelantai bawah dengan melewati berpuluh puluh anak tangga yang dipisahkan dengan lift untuk tangga naik dan turunnya. Ditengah perjalanan dia menanyakan "From Malaysia or Indonesia ?", "Indonesia", jawab saya pendek, sambil tersenyum dia mengangguk dengan masih tetap menggandeng tangan saya.
Setelah menuruni 2 lantai kebawah barulah tangan saya dilepas, ternyata dilantai bawah adalah tempat mengambil air wudlu dan disebrangnya / sampingnya adalah toilet. Segera saya mencari tempat antrian yang pendek, sambil tetap menahan rasa sakit perut yang belum hilang juga. 
Setelah semua hajat selesai dan saya ngikut ngantri lagi untuk mengambil air wudlu, barulah saya mulai berfikir dan bertanya dalam hati "Darimana orang tersebut tau kalo saya sedang bingung mencari toilet dan belum tahu dimana tempatnya, mengapa langsung menggandeng seolah takut kalo saya hilang atau kesasar, dan sekarang orangnya yang mana ?", tidak berapa lama Adzan Isya' berkumandang, lupa sudah kejadian yang baru terjadi segera saya mencari jalan menuju kearah masjid mencari anggota rombongan yang lain, padahal saya salah satu ketua regu.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar